Menolak Lupa Tragedi: Aksi Kamisan Menjadi Pemandu Moral

 

Menolak Lupa Tragedi: Aksi Kamisan Menjadi Pemandu Moral

 

Aksi Kamisan, yang rutin digelar setiap hari Kamis di seberang Istana Negara, Jakarta, telah menjadi simbol perlawanan dan pengingat akan https://www.aksikamisan.net/https://www.aksikamisan.net/  ketidakadilan yang belum terselesaikan di Indonesia. Lebih dari sekadar unjuk rasa, gerakan ini adalah wujud nyata dari menolak lupa, sebuah prinsip moral yang kuat untuk terus menuntut keadilan bagi korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di masa lalu.


 

Sejarah Singkat Aksi Kamisan

 

Aksi Kamisan pertama kali dimulai pada tahun 2007 oleh keluarga korban pelanggaran HAM, dipimpin oleh Maria Catarina Sumarsih, ibu dari Bernardus Realino Norma Irawan (Wawan), salah satu mahasiswa yang tewas dalam Tragedi Semanggi I tahun 1998. Gerakan ini kemudian diikuti oleh keluarga korban lain seperti Ibu Tuti, ibunda dari Budi, korban Tragedi 13-15 Mei 1998, serta aktivis dan masyarakat yang peduli. Mereka mengenakan pakaian serba hitam sebagai simbol duka dan payung hitam sebagai pengingat akan awan gelap keadilan yang belum datang.


 

Mengapa Aksi Kamisan Penting?

 

Aksi Kamisan memiliki peran krusial dalam menjaga memori kolektif bangsa. Di tengah derasnya arus informasi dan upaya untuk melupakan sejarah kelam, Aksi Kamisan berdiri tegak sebagai benteng moral. Mereka terus menyuarakan tuntutan agar negara mengakui, mengusut, dan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat seperti Tragedi 1965, Semanggi I dan II, Trisakti, penculikan aktivis 1997-1998, hingga kasus Munir.

Dengan berdiri diam selama satu jam, para peserta aksi menunjukkan bahwa kekuatan moral tidak selalu harus berteriak kencang. Kehadiran mereka yang konsisten dan damai adalah suara hati nurani yang tak pernah lelah. Aksi Kamisan menantang narasi penguasa yang kerap kali berusaha mengaburkan fakta atau menunda penyelesaian kasus-kasus tersebut.


 

Aksi Kamisan sebagai Pemandu Moral Bangsa

 

Gerakan ini bukan hanya milik para korban dan keluarga mereka, tetapi telah menjadi cerminan dari kegagalan negara dalam memenuhi janjinya. Aksi Kamisan adalah cermin yang menunjukkan wajah Indonesia yang belum sepenuhnya adil. Di saat banyak orang menyerah, Aksi Kamisan terus mengingatkan bahwa keadilan harus terus diperjuangkan, berapa pun lamanya.

Dengan keteguhan mereka, Aksi Kamisan menjadi pemandu moral bagi generasi muda dan masyarakat luas. Mereka mengajarkan pentingnya kepedulian, keberanian untuk berdiri melawan ketidakadilan, dan tekad untuk tidak pernah melupakan sejarah. Aksi Kamisan adalah bukti bahwa meskipun lambat, perjuangan untuk keadilan akan selalu memiliki tempat di hati rakyat. Ini adalah pengingat bahwa masa lalu yang kelam tidak boleh terulang, dan satu-satunya cara untuk mencegahnya adalah dengan terus menuntut akuntabilitas dan keadilan.